mahasiswi Prodi ilmu komputer, universitas muhammadiyah A.R fachruddin .

Bahasa Indonesia: Sejarah, Fungsi dan Perkembangannya.

Senin, 28 April 2025 22:14 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Odisea Sejarah Banyuwangi
Iklan

Artikel ini membahas tentang: Sejarah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, Peran bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa Indonesia, dll

BAHASA INDONESIA : DALAM SEJARAH, FUNGSI, DAN PERKEMBANGANNYA. 
 
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan di Negara Republik Indonesia (NKRI) dan memiliki peran penting dalam mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan kelompok etnis. Dengan latar belakang sejarah yang kaya, bahasa Indonesia diadopsi dari prototipe bahasa Melayu dan ditetapkan sebagai bahasa nasional pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai simbol identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan cerminan dari nilai-nilai sosial budaya bangsa yang mendasari rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
 
SEJARAH BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah sebuah variasi dari bahasa Melayu.
Dalam hal ini dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau, tetapi telah mengalami perkembangan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan pada awal abad ke-20.
Sampai saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup dan terus berkembang dengan pengayaan kosakata baru, baik melalui penciptaan maupu melalui penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
 
Bahasa Indonesia yang dipakai sekarang berasal dari bahasa Melayu.
Bahasa tersebut sejak lama digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan, tidak hanya di Kepulauan Nusantara, tetapi juga di hampir seluruh Asia Tenggara.
Hal ini diperkuat dengan ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu.
Secara resmi, bahasa Indonesia dikumandangkan pada peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Peresmian nama bahasa Indonesia tersebut bermakna politis sebab bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat perjuangan oleh kaum nasionalis yang sekaligus bertindak sebagai perencana bahasa untuk mencapai negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Peresmian nama itu juga menunjukan bahwa sebelum peristiwa Sumpah Pemuda itu nama bahasa Indonesia sudah ada.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa sebelum tahun 1928 telah ada gerakan kebangsaan yang menggunakan nama “Indonesia” dan dengan sendirinya pada mereka telah ada suatu konsep tentang bahasa Indonesia. Bahasa Melayu, sebagai salah satu bahasa di kepulauan nusantara, sudah sejak lama digunakan sebagai bahasa perhubungan. Sejak abad ke-7 Masehi, bahasa Melayu, atau lebih tepatnya disebut bahasa Melayu kuno yang menjadi cikal bakalnya, telah digunakan sebagai bahasa perhubungan pada zaman kerajaan Sriwijaya.
Selain sebagai bahasa perhubungan, pada zaman itu bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, bahasa perdagangan, dan sebagai bahasa resmi kerajaan.
 
Adapun Bukti - bukti sejarah, seperti prasasti Kedukan Bukit di Palembang bertahun 684, prasasti Kota Kapur di Bangka Barat bertahun 686 , prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi bertahun 688 yang bertuliskan Prae-Nagari dan berbahasa Melayu kuno, memperkuat dugaan di atas. Selain itu, prasasti Gandasuli di Jawa Tengah bertahun 632 dan prasasti Bogor bertahun 942 yang berbahasa Melayu Kuno menunjukan bahwa bahasa tersebut tidak saja dipakai di Sumatra, tetapi juga dipakai di Jawa.
 
Adapun alasan Bahasa Melayu Dipilih sebagai Bahasa Nasional:
 
1. Bahasa Penghubung (Lingua Franca):
Bahasa Melayu sudah sejak lama digunakan sebagai bahasa perhubungan dan perdagangan di seluruh Nusantara. Bahasa ini telah menyebar luas, terutama di kota-kota pelabuhan, dan digunakan oleh berbagai suku bangsa untuk saling berkomunikasi. Bahasa Jawa, Sunda, atau daerah lainnya tidak memiliki persebaran seluas ini.
 
2. Sederhana dan Mudah Dipelajari:
Bahasa Melayu memiliki struktur yang sederhana dan tidak mengenal tingkatan bahasa seperti "halus" dan "kasar" sebagaimana dalam bahasa Jawa, Sunda, atau Bali. Hal ini membuatnya lebih mudah dipelajari dan dipahami oleh semua kalangan.
 
3. Diterima Secara Sukarela oleh Suku-suku Besar:
Suku Jawa dan Sunda yang merupakan kelompok etnis besar di Indonesia menerima bahasa Indonesia (yang berasal dari Melayu) dengan ikhlas. Mereka rela mengesampingkan rasa kedaerahan demi persatuan bangsa.
 
4. Tidak Menimbulkan Persaingan Antarbahasa Daerah:
Karena bukan berasal dari suku mayoritas, pemilihan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional tidak memunculkan rasa kalah atau persaingan antar suku. Bahasa ini dianggap netral dan tidak memihak.
 
5. Memiliki Kemampuan sebagai Bahasa Kebudayaan:
Bahasa Melayu terbukti mampu digunakan untuk menyampaikan ide, pendapat, dan perasaan secara jelas dan tepat. Bahasa ini juga sanggup berkembang menjadi bahasa ilmu pengetahuan, pendidikan, dan budaya.
 
6. Berkerabat dengan Bahasa Daerah Lain:
Bahasa Melayu masih satu rumpun dengan banyak bahasa daerah di Nusantara, sehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing dan lebih mudah diterima.
Dengan alasan tersebut, bahasa melayu dianggap paling tepat untuk dijadikan dasar bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan pemersatu bangsa.
 
Kedudukan Bahasa Indonesia dalam Konteks Nasional
 
Bahasa Indonesia memiliki signifikansi yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Berikut adalah beberapa aspek penting yang menggambarkan kedudukan bahasa Indonesia:
  • Fungsi sebagai Bahasa Persatuan
Bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa persatuan berdasarkan ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928, yang bertujuan untuk menciptakan rasa kesatuan dan identitas bersama di seluruh wilayah Indonesia, sehingga memfasilitasi komunikasi dan integrasi antarbudaya.
  • Status sebagai Bahasa Negara
Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa negara berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, yang menunjukkan statusnya sebagai bahasa resmi pemerintah dan digunakan dalam berbagai aspek kehidupan kenegaraan.
  • Dinamika Jumlah Penutur
Meskipun jumlah penutur bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu tidak sebanyak penutur bahasa Jawa atau Sunda, namun jika ditambahkan jumlah penutur bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, jumlahnya paling banyak di antara bahasa-bahasa lain di Indonesia, mencerminkan peranannya sebagai lingua franca.
  • Luasnya Cakupan Geografis
Bahasa Indonesia digunakan hampir di seluruh wilayah Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan, baik sebagai bahasa setempat, bahasa kedua, maupun bahasa asing, sehingga memfasilitasi komunikasi antarbudaya dan antardaerah.
  • Peran dalam Pengembangan Ilmu, Seni, dan Budaya
Bahasa Indonesia telah menjadi wahana dalam penyampaian ilmu pengetahuan serta media untuk mengungkapkan seni sastra dan budaya bagi semua warga Indonesia yang berlatar belakang budaya serta bahasa daerah yang berbeda-beda, sehingga memperkaya khazanah budaya nasional.
  • Faktor yang Memengaruhi Pentingnya Bahasa
Pentingnya sebuah bahasa tidak hanya ditentukan oleh mutu bahasa itu sendiri, tetapi juga oleh pertimbangan politik, ekonomi, dan demografi, sehingga bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
 
Dengan demikian, bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat signifikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik sebagai bahasa persatuan, bahasa negara, maupun sebagai sarana ilmu, seni, dan budaya.
Fungsi dan Peran Bahasa Indonesia dalam Kemerdekaan
Bahasa InkonInkondonesiasetempat,InkonInkondonesiasetempaInkonIndonesia memiliki fungsi dan peran yang sangat krusial dalam proses kemerdekaan dan pembentukan negara Indonesia. Berikut adalah beberapa aspek penting dari
 
fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam konteks kemerdekaan:
 
Bahasa indonesia memiliki fungsi dan peran yang sangat krusial dalam proses kemerdekaan dan pembentukan negara Indonesia. Berikut adalah beberapa aspek penting dari fungsi dan peran bahasa Indonesia dalam konteks kemerdekaan:
  • Sebagai Alat Pemersatu
Sebelum kemerdekaan, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan budaya yang sangat beragam. Bahasa Indonesia, yang berasal dari bahasa Melayu, dipilih sebagai bahasa pemersatu karena kemampuannya untuk menjembatani komunikasi antar kelompok yang berbeda. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional membantu menciptakan rasa kesatuan dan identitas bersama di seluruh wilayah Indonesia.
  • Simbol Identitas Nasional
Bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai simbol identitas nasional. Penggunaan bahasa Indonesia dalam pidato-pidato proklamasi, dokumen-dokumen resmi, dan simbol-simbol negara memperkuat rasa kebanggaan dan rasa memiliki di kalangan warga negara. Hal ini penting dalam proses pembentukan dan penguatan negara-bangsa.
  • Media Propaganda dan Pendidikan
Selama perjuangan kemerdekaan, bahasa Indonesia digunakan sebagai media propaganda untuk menyebarluaskan pesan-pesan perjuangan dan merangkul dukungan rakyat. Bahasa ini juga diterapkan dalam sistem pendidikan untuk menyebarluaskan ide-ide kemerdekaan dan membangun kesadaran nasional. Pengenalan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah membantu membentuk generasi yang sadar akan pentingnya kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
  • Alat Administrasi dan Pemerintahan
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia diadopsi sebagai bahasa resmi pemerintah. Ini penting untuk memastikan bahwa seluruh administrasi, hukum, dan dokumen pemerintahan menggunakan bahasa yang sama di seluruh wilayah. Dengan demikian, bahasa Indonesia membantu menyederhanakan proses administrasi dan membuatnya lebih efisien, serta memastikan pemerintahan dapat dijalankan secara efektif.
  • Pengembangan Budaya dan Sastra
Bahasa Indonesia memainkan peran penting dalam pengembangan budaya dan sastra nasional. Dengan bahasa ini, karya-karya sastra, jurnalistik, dan budaya dapat diproduksi dan dipublikasikan, memperkaya khazanah budaya nasional dan mendukung penyebaran nilai-nilai kebangsaaKatalisator Diplomasi Internasionalan. Bahasa Indonesia sebagai media ekspresi budaya juga memperkuat identitas dan warisan budaya Indonesia.
  • Katalisator diplomasi internasional
Bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi di tingkat domestik tetapi juga sebagai alat diplomasi di arena internasional. Penggunaan bahasa Indonesia dalam forum-forum internasional, perjanjian, dan hubungan diplomatik menunjukkan statusnya sebagai bahasa global yang dapat mewakili kepentingan Indonesia di panggung dunia.
Secara keseluruhan, bahasa Indonesia berperan sebagai fondasi yang kuat dalam membangun dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Fungsi dan perannya sebagai alat pemersatu, simbol identitas, media pendidikan, alat administrasi, pengembang budaya, dan katalisator diplomasi menunjukkan betapa vitalnya bahasa ini dalam proses pembentukan dan pengembangan negara.
 
Alasan Bahasa Melayu Rendah Diadopsi Menjadi Bahasa Indonesia
 
Bahasa Melayu terbagi menjadi dua varietas utama: Bahasa Melayu Tinggi (yang digunakan dalam lingkungan istana dan karya sastra klasik) dan Bahasa Melayu Rendah (yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari dan perdagangan). Ada beberapa alasan mengapa Bahasa Melayu Rendah dipilih sebagai dasar Bahasa Indonesia:
 
1. Kepraktisan dan Aksesibilitas
Bahasa Melayu Rendah memiliki struktur tata bahasa yang lebih sederhana dan kosakata yang lebih mudah dipahami dibandingkan dengan Bahasa Melayu Tinggi. Hal ini membuatnya lebih mudah dipelajari dan digunakan oleh masyarakat dari berbagai latar belakang etnis dan pendidikan.
 
2. Fungsi sebagai Lingua Franca
Bahasa Melayu Rendah telah lama berfungsi sebagai bahasa penghubung (lingua franca) di berbagai wilayah Nusantara. Fungsi praktis ini membuatnya dikenal luas dan sudah digunakan dalam komunikasi lintas etnis.
 
3. Fleksibilitas dan Adaptabilitas
Bahasa Melayu Rendah lebih terbuka terhadap pengaruh dan adopsi dari bahasa lain, menjadikannya lebih adaptif untuk berkembang sesuai dengan kebutuhan modern dan mampu menyerap kosakata baru dari berbagai bahasa.
 
4. Demokratisasi Bahasa
Pemilihan Bahasa Melayu Rendah mencerminkan semangat demokratisasi, karena tidak mengistimewakan dialek dari kelompok elit atau bangsawan tertentu. Hal ini sejalan dengan semangat persatuan yang mencakup seluruh lapisan masyarakat.
 
5. Netralitas Politik
Sebagai bahasa yang tidak dominan digunakan oleh satu kelompok etnis mayoritas di Indonesia (seperti Jawa atau Sunda), Bahasa Melayu dianggap lebih netral secara politik dan tidak menimbulkan kecemburuan antar etnis.
Mohammad Tabrani, salah satu tokoh yang hadir dalam Kongres Pemuda II tahun 1928, mengemukakan bahwa Bahasa Melayu dipilih karena mudah dipelajari, fleksibel dalam perkembangannya, dan memiliki sistem yang demokratis tanpa tingkatan bahasa berdasarkan kelas sosial seperti yang terdapat dalam Bahasa Jawa.
 
Perbedaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu
 
Bahasa Indonesia dan bahasa Melayu memiliki beberapa perbedaan yang signifikan dan menarik untuk dipelajari. Perbedaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti penyerapan kata, ejaan, pelafalan, dan kosakata.
  • Adapun dalam Penyerapan Kata
Bahasa Indonesia lebih banyak menyerap kata dari bahasa Belanda, karena Indonesia pernah dijajah oleh Belanda selama beberapa abad. Sementara itu, bahasa Melayu lebih banyak menyerap kata dari bahasa Inggris, karena Malaysia pernah dijajah oleh Inggris. Selain itu, bahasa Indonesia juga menyerap kata dari bahasa-bahasa daerah di Indonesia, seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minangkabau, dan lain-lain.
Contoh kata-kata yang diserap dari bahasa Belanda adalah:
- Kantor (dari kata "kantoor")
- Polisi (dari kata "politie")
Sementara itu, contoh kata-kata yang diserap dari bahasa Inggris adalah:
- Universiti (dari kata "university")
- Televisyen (dari kata "television")
  • Dalam hal Ejaan nya sendiri
Sebelum abad ke-20, bahasa Melayu ditulis menggunakan aksara yang dimodifikasi dari aksara Arab yang dikenal sebagai Huruf Jawi.
Setelah abad ke-20, bahasa Melayu ditulis menggunakan huruf Latin, yang dikenal sebagai Rumi. Dalam bahasa Indonesia, huruf vokal "u" pada awalnya dilambangkan dengan "oe", seperti halnya dalam bahasa Belanda. Perubahan resmi "oe" menjadi "u" dilakukan pada tahun 1947.
Di Malaysia sebelum tahun 1972, bunyi /t͡ʃ/ dieja dengan "ch", sedangkan bahasa Indonesia menggunakan "tj". Setelah "Ejaan Yang Disempurnakan" diperkenalkan pada tahun 1972, kedua bahasa menggunakan ejaan yang sama, yaitu "c". Contoh:
- "Cap" dieja sebagai "chap" di Semenanjung Malaya dan "tjap" dalam bahasa Indonesia sebelum tahun 1972.
- "Uang" dieja sebagai "wang" di Malaysia.
  • dalam Pelafalan nya sendiri
Bahasa Melayu baku berasal dari dialek Johor yang bertahan sejak zaman Kesultanan Johor, sedangkan bahasa Indonesia berasal dari dialek Riau Tinggi yang mendapat pengaruh besar dari bahasa-bahasa lain, terutama bahasa Jawa dan Sunda. Perbedaan pelafalan antara bahasa Melayu dan bahasa Indonesia terletak pada pelafalan akhir kata dan penyebutan fonem /r/.
  • Dan yang terahir dalam Kosakatanya
Bahasa Indonesia memiliki kosakata yang berbeda dengan bahasa Melayu, meskipun keduanya memiliki makna yang sama. Contohnya:
- "Pejabat pos" di Malaysia dikenal sebagai "kantor pos" di Indonesia.
- "Kereta api" di Malaysia dikenal sebagai "kereta api" juga di Indonesia, tetapi dengan pelafalan yang berbeda.
- "Universitas" di Indonesia dikenal sebagai "universiti" di Malaysia.
Perkembangan Ejaan Sejak masa kolonialisme hingga sekarang
tercatat ejaan Indonesia sudah mengalami perkembangan dan perubahan sebanyak tujuh kali, yaitu: Ejaan Van Ophuijsen Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik Ejaan Pembaharuan atau Ejaan Prijono-Katoppo Ejaan Melindo Ejaan-ejaan Baru Ejaan yang Disempurnakan Ejaan Bahasa Indonesia
  • Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan Van Ophuijsen adalah ejaan yang pernah digunakan pada zaman kolonialisme Belanda. Ejaan Van Ophuijsen dirangkai oleh Van Ophuijsen, seorang ahli bahasa dari Belanda, bersama dengan dua pakar bahasa dari Melayu, yaitu Nawawi Soetan Makmoer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Ejaan Van Ophuijsen sendiri merupakan hasil dari penggabungan ejaan Latin dan ejaan Belanda.
Setelah rancangan ejaan selesai dibuat, ejaan Van Ophuijsen diresmikan oleh pemerintah Belanda pada 1901, dan digunakan selama 46 tahun. Contoh ejaan Van Ophuijsen adalah jang (yang), saja (saya), patjar (pacar), dan tjara (cara).
  • Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik
Pada masa awal kemerdekaan, ejaan Van Ophuijsen diganti dengan ejaan Soewandi atau ejaan Republik. Ejaan ini disebut Ejaan Republik karena terbentuk berdekatan dengan Hari Proklamasi.
Sementara itu, ejaan ini disebut juga sebagai Ejaan Soewandi karena Soewandi pada masa itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ejaan Soewandi diresmikan pada 19 Maret 1947.
Adapun ciri-ciri ejaan Soewandi atau ejaan Republik adalah: Huruf oe menjadi u, seperti goeroe menjadi guru Bunyi yang dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan k, seperti ta’ menjadi tak, pa’ menjadi pak, dan ma’lum menjadi maklum Kata ulang boleh ditulis dengan angka, seperti ubur-ubur menjadi ubur2, bermain-main menjadi bermain. Awal ‘di-’ dan kata depan ‘di’ keduanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti dirumah dan disawah
  • Ejaan Pembaharuan atau Ejaan Prijono-Katoppo
Pada 1957, Profesor Prijono dan Elvianus Katoppo bersama panitia lainnya merancang sistem ejaan bahasa Indonesia baru yang disebut Ejaan Pembaharuan.
Terbentuknya Ejaan Pembaharuan merupakan hasil keputusan dari Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, Sumatera Utara.
Akan tetapi, hasil kerja itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga Ejaan Pembaharuan belum pernah diberlakukan. Salah satu ciri khas dari Ejaan Pembaharuan adalah disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Contoh Ejaan Pembaharuan adalah santay menjadi santai, harimaw menjadi harimau, dan amboy menjadi amboi.
  • Ejaan Melindo
Ejaan Melindo adalah ejaan hasil kerja sama antara Indonesia dengan Malaysia pada 1959 Harapannya, Ejaan Melindo dapat mulai digunakan sejak Januari 1962 di Indonesia
Namun, karena hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia sedang tidak baik, maka penggunaan Ejaan Melindo pun gagal diberlakukan. Contoh Ejaan Melindo adalah sedjajar menjadi sejajar, mentjutji menjadi mencuci, dan menana menjadi menganga
  • Ejaan-ejaan Baru
Ejaan Baru adalah lanjutan dari perintisan Ejaan Melindo. Oleh sebab itu, para perancangnya juga dapat dikatakan masih sama, yakni Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) sekarang Pusat Bahasa, serta panitia ejaan dari Malaysia. Panitia ini kemudian berhasil merumuskan ejaan baru yang disebut Ejaan Baru.
Panitia ini bekerja atas dasar surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 062/67, tanggal 19 September 1967. Contoh Ejaan Baru adalah sjarat, djalan, perdjaka, tjakap, tjipta, dan sunji.
  • Ejaan yang Disempurnakan
Pada 16 Agustus 1972, Presiden RI meresmikan penggunaan ejaan baru, yaitu Ejaan yang Disempurnakan. Ejaan yang Disempurnakan adalah tata bahasa dalam bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari penggunaan huruf kapital dan huruf miring.
Disebut Ejaan yang Disempurnakan karena ejaan tersebut merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan sebelumnya.
Contoh Ejaan yang Disempurnakan adalah djarum menjadi jarum, tjut menjadi cut, njata menjadi nyata, dan sjarat menjadi syarat.
Selain itu, kata ulang juga ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya, seperti anak2 menjadi anak-anak dan bermain2 menjadi bermain-main.
  • Ejaan Bahasa Indonesia Saat ini.
ejaan yang digunakan adalah Ejaan Bahasa Indonesia atau disingkat EBI. EBI mulai diberlakukan setelah keluarnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015. Adapun karakteristik dari Ejaan Bahasa Indonesia adalah: Penambahan huruf vokal diftong ei, seperti geiser dan survei Penggunaan huruf tebal untuk judul buku dan bab.
 
Kesimpulan
Bahasa Indonesia memainkan peran kunci dalam mempersatukan bangsa Indonesia yang beragam dan multikultural. Dengan latar belakang sejarah yang kaya dan panjang, bahasa ini dipilih sebagai bahasa nasional pada Sumpah Pemuda 1928, menjadi simbol persatuan dan identitas bangsa. Bahasa Indonesia dikenal karena strukturnya yang sederhana dan fleksibel, membuatnya mudah dipelajari dan digunakan oleh masyarakat dari berbagai latar belakang.
Dalam proses kemerdekaan, bahasa Indonesia menjadi alat penting untuk menyatukan masyarakat dan sebagai simbol identitas nasional yang kuat. Bahasa ini digunakan sebagai media komunikasi antar kelompok etnis, serta sebagai alat untuk menyebarluaskan ide-ide kemerdekaan dan membangun kesadaran nasional.
Meskipun memiliki kesamaan dengan bahasa Melayu, bahasa Indonesia memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal ejaan, pelafalan, dan kosakata, yang mencerminkan keunikan dan kekayaan budaya Indonesia. Perbedaan ini juga menunjukkan bahwa bahasa Indonesia memiliki identitas yang unik dan berbeda dari bahasa lain.
Seiring waktu, ejaan bahasa Indonesia terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat. Dari Ejaan Van Ophuijsen hingga Ejaan Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini, bahasa ini terus mengalami perubahan dan penyempurnaan. Dengan demikian, bahasa Indonesia tetap menjadi bagian penting dari identitas bangsa Indonesia, memainkan peran vital dalam membangun dan mempertahankan kesatuan dan kebudayaan nasional.
Dalam keseluruhan, bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, maupun sebagai simbol identitas bangsa. Oleh karena itu, dan penting bagi kita untuk terus melestarikan dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional.
 
daftar pustaka
 
Laila.Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia: Asal Mula, Penyebaran, dan Fungsinya!..Diakses pada tanggal 15 April 2025 Melalui link https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/?srsltid=AfmBOooluHl6GPBe7-uI2ID-XyCW1iYPC5PCxdxJrNZ9iWAybZtBEQwc
 
Ade Suryani Nasution, Anis Syafa Wani, Edi Syahputra. 2022. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. Jurnal Multidisiplin Dehasen 1 (3): 197-202.
 
Tridays Repelita. 2018. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia (Ditinjau dari Prespektif Sejarah Bangsa Indonesia). Jurnal Artefak: History and Education 5 (1).
 
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
 
Perbedaan bahasa Melayu Baku dengan bahasa Indonesia-wikipedia bahasa indonesia,ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Perbedaan_bahasa_Melayu_Baku_dengan_bahasa_Indonesia
 
Aliyah, S. (2025, Maret 22). Sejarah perkembangan bahasa Indonesia: Asal mula, penyebaran, dan perbedaan bahasa. Kumparan. https://m.kumparan.com/siti-aliyah-1741837809334063434/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia-asal-mula-penyebaran-dan-perbedaan-bahasa-24iadWcW82P/full
 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Meli Mardiani

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler